Panggil saja aku
dira, aku baru aja meninggalkan statusku sebagai siswa dan beralih menjadi
mahasiswa. Aku kuliah di universitas terbaik di kotaku. Keluarga, saudara, dan
sahabatku sangat bangga atas prestasiku ini. Tapi aku sendiri merasa ini adalah
sebuah beban. Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa?
Dulu saat aku masih
duduk dibangku SMA banyak hal yang telah aku ukir, sistem pembelajaran,
pertemanan, dan percintaan pun ada. Aku pikir sistem pembelajaran jelaslah
berbeda antara saat aku SMA dan kuliah ini, jelas aku telah mempersiapkannya.
Pertemanan bagiku adalah hal terpenting, namun tak jadi masalah untukku. Aku
cukup mampu beradaptasi dengan baik, dalam waktu yang singkat aku pun sudah
bisa mengenal banyak temanku dan hanya butuh pendekatan lagi. Tapi dalam kasus
ini aku berbicara masalah percintaan. Entahlah, masalah ini sangat mengganggu.
Aku bukan tipe
orang yang terlalu larut dalam hal ini, untukku semua cinta yang aku rasa
bukanlah cinta yang sebenarnya. Karena bagiku, cinta yang sebenarnya adalah cinta
saat aku memiliki pendamping nanti. Tapi sekali lagi aku tidak bisa memastikan,
entahlah..
Sejak aku
mengenalnya, ucapanku seperti tidak
berguna lagi. Dia yang ada disampingku beberapa bulan terakhir sebelum aku
meninggalkan masa SMA ku. Aku sangat menyayanginya, aku yakin semua orang tau.
Karena memang dia adalah orang yang sangat pantas untuk disayangi.
Banyak hal yang aku
dapat meski hanya beberapa bulan saja, senyum, tangis, canda dan tawa. Semuanya
aku rasakan..
Dia mengajarkanku
untuk selalu jujur, selalu jujur dalam berucap.dia mengajarkan aku cara
menyayangi, namun aku tak tau pasti. Banyak janji, cerita, maupun berbagai
rencana yang telah kami susun bersama. Mungkin kamu tidak mengerti, karena
semua itu hanya kami yang mengerti. Atau bahkan hanya aku.
Aku masih ingat
hari dimana aku pertama kali berbicara dengannya, mungkin bukan pertemuan
pertama karena dari sewaktu aku duduk di sekolah dasar aku sudah bertemu
dengannya.
Aku masih ingat
pertama kali aku pergi bersamanya, saat itulah aku menyadari.. begitu
menyenangkan bisa bersamanya, melihat senyumnya. Namun aku tak banyak berharap
akan hal itu. Aku pikir perasaan ini hanyalah sementara, karena jujur. Aku
sangat mudah untuk menyayangi seseorang.
Tapi akhirnya aku
dan dia ditakdirkan untuk bersama, meski hanya beberapa bulan saja. Waktu yang
singkat namun banyak mengajarkan banyak hal tentang hidupku. Saat itulah yang
aku tunggu, setiap waktu aku selalu mendengarkan suaranya, mendapatkan
pesan-pesan singkat yang walaupun isinya hanya sekedar menanyakan kabar, dan
sering menatapnya dalam sela-sela waktu yang bagiku sangat menyenangkan.
Waktu itu pula kami
merencanakan banyak hal, dari rencanaku melanjutkan studi sampai mimpi
pernikahanku nanti. Terlau cepat, tapi itu adalah mimpi yang aku banggakan,
mimpi yang mampu aku sombongkan karena aku memiliki mimpi yang indah
bersamanya, bersama orang yang aku sayang.
Suatu waktu dia
berkata: “Aku ingin kamu bisa berkuliah di tempat yang sama bersamaku, namun
jalanmu adalah pilihanmu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk semua mimpi
terbaikmu”.
Itulah kata-katanya
yang masih aku ingat.
Lamanya waktu,
membuat aku harus mengubur dan melupakan mimpi itu. Menghapus kenangan yang
telah terukir..
Akhirnya aku harus
berpisah
***
Kini aku berkuliah
di tempat yang membuat aku berada lebih dekat dengannya, entah harus pada siapa
aku mengadu. Entah harus pada siapa aku berkata bahwa aku tidak mau berada di
tempat ini. Semakin aku berada di dekatnya semakin aku tak bisa melupakannya.
Lukaku belum sembuh
seutuhnya, tapi kenapa luka ini harus kembali terbuka saat aku merasa sudah
menjadi lebih baik.
Dia pernah berkata
: “ sayang, andai kamu berada dekat denganku. Mungkin semuanya akan lebih
baik”.
Dan aku selalu
menangis saat aku mengingat kata-kata itu. Sekarang, jauh atau dekat pun sudah
tak ada guna yang bisa mempengaruhinya untuk membuatnya kembali padaku.
***
Yahhhh.. aku
rebahkan tubuhku sejenak, sedikit menenangkan diri. Perih rasanya.
Aku mencoba
melupakannya, memejamkan mata dan membayangkan semua kenangan bersamanya.
Membayangkan bahwa kenangan itu aku hapus sedikit demi sedikit dengan penghapus
hitam milikku. Mebuatnya sedikit pudar, sedikit pudar, dan pudar.. namun, jika
kamu merasakan dan tau akan hal ini. Lihatlah, bayangan kenangan itu masih
tetap ada, membekas, namun hanya sedikit pudar bila aku terus menghapus. Dan
mari lihat lagi, saat aku berhenti menghapusnya. Kenangan itu terlihat semakin
jelas.
Aku tidak tau
mengapa dan aku tidak tau bagaimana seharusnya..
Terpikirku saat
ini.. Mungkin aku akan berjuang demi masa depanku lebih dulu. Dengan begitu aku
akan lekas menjauh dari dirinya.
***
BERSAMBUNG
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar