Kamis, 05 Juli 2012

Memory


Panggil saja aku dira, aku baru aja meninggalkan statusku sebagai siswa dan beralih menjadi mahasiswa. Aku kuliah di universitas terbaik di kotaku. Keluarga, saudara, dan sahabatku sangat bangga atas prestasiku ini. Tapi aku sendiri merasa ini adalah sebuah beban. Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa?
Dulu saat aku masih duduk dibangku SMA banyak hal yang telah aku ukir, sistem pembelajaran, pertemanan, dan percintaan pun ada. Aku pikir sistem pembelajaran jelaslah berbeda antara saat aku SMA dan kuliah ini, jelas aku telah mempersiapkannya. Pertemanan bagiku adalah hal terpenting, namun tak jadi masalah untukku. Aku cukup mampu beradaptasi dengan baik, dalam waktu yang singkat aku pun sudah bisa mengenal banyak temanku dan hanya butuh pendekatan lagi. Tapi dalam kasus ini aku berbicara masalah percintaan. Entahlah, masalah ini sangat mengganggu.
Aku bukan tipe orang yang terlalu larut dalam hal ini, untukku semua cinta yang aku rasa bukanlah cinta yang sebenarnya. Karena bagiku, cinta yang sebenarnya adalah cinta saat aku memiliki pendamping nanti. Tapi sekali lagi aku tidak bisa memastikan, entahlah..
Sejak aku mengenalnya,  ucapanku seperti tidak berguna lagi. Dia yang ada disampingku beberapa bulan terakhir sebelum aku meninggalkan masa SMA ku. Aku sangat menyayanginya, aku yakin semua orang tau. Karena memang dia adalah orang yang sangat pantas untuk disayangi.
Banyak hal yang aku dapat meski hanya beberapa bulan saja, senyum, tangis, canda dan tawa. Semuanya aku rasakan..
Dia mengajarkanku untuk selalu jujur, selalu jujur dalam berucap.dia mengajarkan aku cara menyayangi, namun aku tak tau pasti. Banyak janji, cerita, maupun berbagai rencana yang telah kami susun bersama. Mungkin kamu tidak mengerti, karena semua itu hanya kami yang mengerti. Atau bahkan hanya aku.
Aku masih ingat hari dimana aku pertama kali berbicara dengannya, mungkin bukan pertemuan pertama karena dari sewaktu aku duduk di sekolah dasar aku sudah bertemu dengannya.
Aku masih ingat pertama kali aku pergi bersamanya, saat itulah aku menyadari.. begitu menyenangkan bisa bersamanya, melihat senyumnya. Namun aku tak banyak berharap akan hal itu. Aku pikir perasaan ini hanyalah sementara, karena jujur. Aku sangat mudah untuk menyayangi seseorang.
Tapi akhirnya aku dan dia ditakdirkan untuk bersama, meski hanya beberapa bulan saja. Waktu yang singkat namun banyak mengajarkan banyak hal tentang hidupku. Saat itulah yang aku tunggu, setiap waktu aku selalu mendengarkan suaranya, mendapatkan pesan-pesan singkat yang walaupun isinya hanya sekedar menanyakan kabar, dan sering menatapnya dalam sela-sela waktu yang bagiku sangat menyenangkan.
Waktu itu pula kami merencanakan banyak hal, dari rencanaku melanjutkan studi sampai mimpi pernikahanku nanti. Terlau cepat, tapi itu adalah mimpi yang aku banggakan, mimpi yang mampu aku sombongkan karena aku memiliki mimpi yang indah bersamanya, bersama orang yang aku sayang.
Suatu waktu dia berkata: “Aku ingin kamu bisa berkuliah di tempat yang sama bersamaku, namun jalanmu adalah pilihanmu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk semua mimpi terbaikmu”.
Itulah kata-katanya yang masih aku ingat.
Lamanya waktu, membuat aku harus mengubur dan melupakan mimpi itu. Menghapus kenangan yang telah terukir..
Akhirnya aku harus berpisah
***
Kini aku berkuliah di tempat yang membuat aku berada lebih dekat dengannya, entah harus pada siapa aku mengadu. Entah harus pada siapa aku berkata bahwa aku tidak mau berada di tempat ini. Semakin aku berada di dekatnya semakin aku tak bisa melupakannya.
Lukaku belum sembuh seutuhnya, tapi kenapa luka ini harus kembali terbuka saat aku merasa sudah menjadi lebih baik.
Dia pernah berkata : “ sayang, andai kamu berada dekat denganku. Mungkin semuanya akan lebih baik”.
Dan aku selalu menangis saat aku mengingat kata-kata itu. Sekarang, jauh atau dekat pun sudah tak ada guna yang bisa mempengaruhinya untuk membuatnya kembali padaku.
***
Yahhhh.. aku rebahkan tubuhku sejenak, sedikit menenangkan diri. Perih rasanya.
Aku mencoba melupakannya, memejamkan mata dan membayangkan semua kenangan bersamanya. Membayangkan bahwa kenangan itu aku hapus sedikit demi sedikit dengan penghapus hitam milikku. Mebuatnya sedikit pudar, sedikit pudar, dan pudar.. namun, jika kamu merasakan dan tau akan hal ini. Lihatlah, bayangan kenangan itu masih tetap ada, membekas, namun hanya sedikit pudar bila aku terus menghapus. Dan mari lihat lagi, saat aku berhenti menghapusnya. Kenangan itu terlihat semakin jelas.
Aku tidak tau mengapa dan aku tidak tau bagaimana seharusnya..
Terpikirku saat ini.. Mungkin aku akan berjuang demi masa depanku lebih dulu. Dengan begitu aku akan lekas menjauh dari dirinya.
***
BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar