Pagi ini aku mampu bangun pukul 02:00 pagi. Wah... hebatnya pikirku yang
baru saja mengusap mata dan mulut. Hal aneh tapi tak mengejutkan. Jujur saja,
aku adalah seorang gadis yang tak terbiasa bangun sepagi itu. Ukuranku bangun kira-kira
pukul 05:30, mungkin kalian berangkapan aku masih termasuk gadis yang rajin,
tapi kalian salah. Aku melakukan ini karena tuntutan profesiku sebagai pelajar.
Asalkan kalian tahu, aku hanyalah seorang gadis desa yang tinggal di desa yang
bernama desa sukakaya. Desaku sangat jauh dari perkotaan sedangkan sekolahku
berada di pusat kota. Dan jelas saja, aku harus bangun sepagi mungkin untuk
mengejar waktu masuk sekolahku yaitu pukul 06:45. Maklumlah sekolahku adalah
sekolah paling favorit dan sudah bertaraf internasional. Oleh karena itu,
terpaksalah aku merelakan bangun pagi demi menuntut ilmu untuk bekal kelak aku
menggapai cita-cita. Karena aku yakin, jika aku berusaha maka semua akan bisa
aku raih walaupun aku hanya seorang gadis desa.
Tapi kali ini, bukanlah itu penyebabnya aku bangun pukul 02:00 pagi.
Melainkan karena hari ini merupakan hari pertamaku pindah ke kosan. Sebenarnya
aku sama sekali tidak menginginkannya. Apalagi harus jauh dengan keluarga,
saudara, dan temen-temanku di rumah. Kata ibuku, aku harus belajar mandiri dan
juga beliau menginginkan agar aku tidak sering terlambat ke sekolah lagi.
Alasan itulah yang membuat aku gelisah setengah tidur.
Huuuh ...
Akhirnya tibalah hari dimana aku harus tinggal di tempat yang asing
bagiku. Namun sebenarnya tak terlalu asing. Karena aku kos di tempat teman
sekelasku juga tinggal disitu. Sesampainya aku di kosan, aku langsung
membereskan kamar calon tempatku tidur. Kalian tahu? Kamarku itu sangat
mengerikan, seperti gua, sempit, dan kotor... ! malangnya nasibku! Ucapku
sambil merebahkan tubuh di atas kasur yang juga seperti tumpukan batu namun
tenyata batu itu mampu membuatku tertidur pulas, sepertinya karena seharian aku
membereskan kamar seorang diri.
Waktu berlalu dan matahari pun mulai membenamkan dirinya. Aku terbangun
ketika ketuk pintu terdengar berulang-ulang kali. Ada seseorang yang memanggilku, namun suara
itu terasa asing bagiku. Saat ku buka pintu.... aku terkejut !!! seorang wanita
berambut putih dengan menutupi mukanya sampai menyerupai ninja, dan ternyata
itulah ibu kos ku.
“Hahahah” tertawaku dalam hati, untung aku tidak meneriakkan ada ninja
di kosan ku di depan ibu kos. Pasti dia akan mengusirku mendadak walau
sepertinya tidak mungkin dia melakukan itu kepadaku.
“ayo sana mandi” ucapnya padaku.
“oh iya bu, sebentar lagi. Aku sedang
merapikan buku, padahal jelas-jelas aku
baru saja merapikan diri karena baru bangun tidur”hahaha
“nanti kalau mau mandi pintunya dibuka saja” ucap ibu kos.
“oh iya” singkat jawabku.
Aku kembali mengunci kamar, dan kembali tidur sejenak.. setelah aku
menyadarkan diri, aku berpikir... “kalau mandi pintunya dibuka saja”
Aku membayangkan betapa konyolnya aku, harus mandi dengan membuka pintu
kamar mandi tanpa menutupnya. Oh tidaaaaaaaaaaaaak .... ! betapa malunya, aku
terus berpikir berulang-ulang kali. Walaupun aku orang desa, jauh dari
perkotaan tapi aku selalu menutup pintu kamar mandi saat aku mandi. Lantas aku
berpikir agar tidak mandi pada sore ini, dan masalah besok aku akan bangun
sepagi mungkin agar mandi tanpa diketahui orang.
Pintu pun kembali, kali ini aku takut
kuntilanak yang menyambangi kamarku setelah tadi ninja yang mengetuk. Hahahah
Ku buka pintu perlahan, dan aku kembali terkejut. Ku kira aku bukan
melihat kuntilanak bukan juga melihat ninja lagi, tapi kali ini aku melihat
tuyul berambut !!!!!
“Hahaha” tertawaku dalam hati. Hampir saja aku mengatai temanku sebagai
tuyul berambut, walau di sekolahpun
nyatanya aku mempunyai teman layaknya tuyul bermbut.
“can!!!!” ucap mega teman kos ku menyadarkan.
“oh yaaa, ada apa mala-malam begini?, mau mengajakku ngepet ? wah.. aku
tak tertarik... ucapku meledeknya.
“wah, kau ini... bagaimana bisa kau berpikir aku mengajakmu ngepet?”
ucapnya sambil memanyunkan bibirnya 99,99999... cm
“hahaha.. aku hanya bercanda, soalnya kau ini malam-malam masih
mengganggu orang saja. Dengan penampilanmu menggunakan kolor hitam, kaos putih
polos dan kalung hitam jimatmu ituloh yang meyakinkan hahaha” ledekku lagi
habis-habisan.
Maklum mega adalah tipe orang yang takut terhadap hal santet dan
semacamnya jadi dia mengenakan kalung jimat hasil kedatangannya pada seorang
dukun online FB.
“ihhhh, apa banget deh!! Ucapnya sambil mendorong bahuku.
“aku hanya ingin mengajakmu ke warteg itu, aku lapar sekali dan aku
takut untuk ke sana sendiri” ucapnya lagi.
“ohhhh.. ok” ucapku singkat.
Kami pun berangkat menuju warteg itu.
Sesampainya disana, aku langsung mendaratkan diri di tempat duduk dan
bertopang dagu sambil memperhatikan orang-orang disekelilingku yang terasa
begitu aneh, angker, mengerikan, dan berwajah kriminal.
Aku terlalu membayangkan hal-hal yang aneh waktu itu, karena kondisi
tengah malam yang tidak aman, ngantuk yang menyerang membuat pikiranku kacau.
Dan yang membuatku kesal, tenyata mega mengajakku makan di tempat alias warteg.
Dengan alasan dia malas mencuci piring di kosan. Akhirnya aku menurutinya dan
dilanda kebosanan yang amat kian mendalam.
Sambil memperhatikannya makan, aku ingin sekali menanyakan kepadanya
satu hal. Yaitu tentang bagaimana cara dia mandi dengan kondisi pintu terbuka.
Apakah dia malu? Sembunyi-sembunyi? Biasa saja? Atau bahkan minta ditemani
karena ketakutan malam-malam mandi?
Wah ... banyak sekali yang ingin ku tanyakan padanya. Tapi dengan
kondisi yang tidak memungkinkan seperti ini rasanya aku tidak akan menanyakan
hal itu. Karena bisa-bisa seluruh penghuni warteg akan tahu kalau aku dan teman
kos ku ini akan mandi tanpa menutup pintu kamar mandinya, dan aku tidak mau
kalau mereka sampai menonton kami mandi.
Ku simpan pertanyaan itu hingga sampai depan pintu kamar kos ku.
Tersimpan dalam hati ingin segera menanyakannya kepada mega tapi mata, tubuh,
dan tulangku sudah tidak bersahabat. Akhirnya kuputuskan untuk tidur dan
bermaksud akan menanyakannya keesokan pagi buta pada mega.
Tak terasa mataku pun mulai tertutup dan tak terasa pula alarm handphone
ku mulai berdering. Aku terbangun...
Rasanya baru saja aku mengantarkan mega ke
warteg, menutup mata dan terbangun lagi. Sungguh melelahkan!!! Kuusap mukaku
termasuk mata dan mulutku, lalu duduk untuk menyadarkan diri. Aku mulai
teringat tentang petanyaanku tadi malam yang belum tersalurkan.
Akupun bergegas menuju kamar mega dan mengetuknya. Namun tak ada suara
sedikitpun yang merespon. Aku tersadar tenyata ada gadis yang lebih malas
dibandingkan aku. Kemudian dengan bermodalkan tekad yang kuat aku membuka pintu
kamarnya secara paksa demi agar aku tidak mandi dengan pintu terbuka. Entah
akan menyebabkan kegaduhan atau tidak, aku tidak peduli terhadap itu. Setelah
berhasil membuka kamar mega, terlihatlah dia tanpa terbangun sedikitpun. Aku
memukul kakinya pelan, tapi dia malah menendangku kencang hingga aku terjatuh
dan menabrak meja belajarnya dan dwaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr! Bruuuk
bruuuk bruuuk! Buku-buku milik mega pun berjatuhan. Aku sadar gerakan kaki
sedang menuju ke kamar mega, dan dari kasur mega sendiripun terdengar bahwa dia
akan segera bangun. Aku tergeletak tak bergerak dan tek berpikir untuk
melarikan diri.
Orang-orang berkumpul, dan ibu kos membantuku berdiri. Lalu... aku,
mega, ibu kos dan teman-teman lain duduk di kamar mega. Mereka menu nggu
penjelasanku yang berani mencongkel kamar mega, membangunkan mega, menyebabkan
keributan pagi hari. Aku tanpa merasa sedikitpun bersalah berkata.
“ini bukan salahku! Ini semua salah ninja!” Tunjukku kepada ibu kos!.
“kenapa kamu malah menyalahkan ibu?” jawab ibu kos.
“aku hanya tak mau mandi dengan keadaan pintu terbuka, huhuhuhuh” isakku
dengan lirih.
“siapa yang menyuruhmu begitu?” ucap ibu kos lagi.
“kata ibu, kalau aku mau mandi pintunya dibuka saja!” jawabku.
Semua tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataanku barusan, dan ibu kos
menuntunku ke depan pintu kamar mandi. Lalu berkata.
“tuh lihat, ada kunci didepannya. Maksud ibu kamu buka saja kalau mau
mandi dan kuncilah pintu itu dari dalam... begitu...”
Aku tak bisa berkata-kata dan akhirnya aku berpikir “kenapa aku bisa
sekonyol ini?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar